Recent twitter entries...

Cerebellum, fungsi dan pengantar anatomi

0



Cerebellum adalah organ sentral yang terletak di fossa posterior intrakranial. Bagian atas cerebellum ditutupi oleh durameter yang disebut sebagai tentorium cerebelli. Tentorium cerebelli ini sekaligus memisahkan cerebellum dengan cerebri. Cerebellum dihubugnkan dengan batang otak melalui pedunkulus yang terdiri atas 3 macam, yaitu pedunkulus cerebella superior, pedukulus cerebella media, serta pedunkulus cerebelli inferior. Ketiga pedunkulus tadi terdiri masing-masing sepasang di bagian lateral cerebellum yang menghubungkan cerebellum dengan batang otak. 

Ventrikel empat merupakan ruangan yang terdapat diantara pedunkulus cerebelli. Ventrikel keempat dihubungkan dengan ruang subarachnoid dengan foramen lucshka dibagain anterolateral serta foramen Magendi di bagian posterior.

Dibagian caudal dari pedunkulus media dan inferior terspat struktur yang terletak di sisi kanan kiri yang disebut sebagai floculus. Kedua struktur ini dihubungkan oleh suatu bangungan yang mengalami penyempitan yang disebut sebagai nodulus. Kedua bangunan ini disebut sebagai floculonodulus. 

Fungsi cerebellum secara umum adalah untuk fine motor tuning. Cerebellum terintegrasi dengan bagian otak lain untuk koordinasi gerakan. 
Cerebellum secara fungsional dan filogenetika mempuyai 3 fungsi yaitu :
  • Archicerebellum (vestibulocerebellum), bagian ini merupakan bagian yang paling tua, berfungsi utuk keseimbangan. Bagian ini terdiri atas Floculo Nodularis. Menerima impuls sebagian besar dari vestibular.
  • Paleocerebellum (spinocerebellum), bagian ini berfungsi untuk posisi berdiri dan berjalan. Menerima impuls sebagian besar dari spinal sehingga disebut sebagai spinocerebellum. Bagian ini terdiri atas culmen dan lobulus centralis yag terletak di anterior vermis, kemudia juga uvula, pyramid dan parafloculus. Bagian ini dapat disederhanakan sebagai vermis dan paravermis.
  • Neocerebellum (cerecerebellum), merupakan bagian yang paling muda, terletak di lobus posterior cerebellum. Cerecerebellum mempunyai fungsi untuk koordinasi gerakan halus dan komplek dari tubuh.

Secara anatomis Cerebellum terdiri atas 2 hemisfer, yaitu kanan dan kiri, dan vermis yang terletak diantaranya. Disebut sebagai vermis karena bentuknya yang mirip cacing (vermis). Jika dilakukan potongan melintang terhadapcerebellum, maka akan terdapat dua lapisan, yaitu lapisan korteks cerebellum dan lapisan substansia alba dengan deep nuclei yang ada didalamnya. Hemisfer cerebellum merupakan pusat integrasi dan pengolahan impuls aferen yang kemudian diproyeksikan ke deep nuclei. Dari deep nuclei impuls akan disebarkan ke bagian otak yang lain ataupun ke medula spinalis. 

Lapisan Cerebellum

0
Korteks cerebellar terdiri atas 3 lapisan, 
ketiga lapisan tersebut dari luar 
adalah sebagai berikut : 




  • Stratum molecular. Di lapisan ini terdapat sel basket dan bagian paling luar sel stelata. Axon dan dendrite sel basket dan sel stelata tidak meninggalkan stratum molekulare, tetapi berjalan horizontal. Sel basket terletak berdekatan dengan sel purkinje dan memproyeksikan serabutnya ke sel Purkinje yang mengeliligi sel Purkinje dengan bentuk seperti keranjang.

  • Stratum Ganglionare. Lapisan ini merupakan lapisan tipis yang terdiri atas sel Purkinje yang tertata horizontal, dendrit sel purkinje ini diproyeksikan ke stratum molekulare dengan membentuk bidang tegak lurus ke folium. Akson sel Purkinje merupakan satu-satunya serabut yang meninggalkan korteks cerebellar. Serabut–serabut tersebut diproyeksikan ke deep nuclei dan merangsang pelepasan neurotransmitter GABA yang bersifat inhibitorik. Serabut eferen dari kortek vestibulocerebellum melakukan bypass terhadap deep nuclei dan diproyeksikan langsung diluar cerebellum.

  • Stratum Granulosum. Lapisan ini terdiri atas sel granul yang tersusun rapat yang menyusun > 95% neuron cerebellar. Akson sel granul sebagian besar terdapat di stratum molekulare yang kemudian berjalan di sepanjang folia sebagai serabut parallel dan membentuk sinaps secara tegak lurus dengan dendrite sel Purkinje. Kurang lebih terdapat 200.000 serabut parallel yang membentuk sinaps dengan dengan 1 sel Purkinje. Sel granul cerebellar bersifat glutamatergic dan merupakan satu-satunya neuron di korterks cerebellar yang bersifat eksitatorik terhadap sel targetnya.


Deep Nuklei Cerebellum dan Sirkuitnya

0


Jika dilakukan pemotongan secara horisontal terhadap cerebellum maka akan terlihat deep nuclei cerebellum. Deep nuclei tersebut adalah :



  • Nukleus Fastigii, terletak paling medial di dasar ventrikel empat. Nukleus Fastigii kebanyakan menerima serabut aferen dari sel purkinje di Flokulonoudularis (vestibulocerebelum). Serabut eferentnya berjalan langsung ke nukleus vestibularis atau menyilang ke kontralateral cerebellum kemudiaan berlanjut ke formasio retikularis dan nukleus vestibularis. (fasciculus uncinatus)
  • Nukleus Globusus, terletak di lateral nukleus fastigii. Terbagi menjadi dua atau tiga subnuklei.
  • Nukleus Emboliformis, bersama dengan nukleus globusus menerima input aferen dari kortek paravermian dan vermis (spinocerebelum) dan serabut eferenya berjalan kontralateral ke nukleus ruber.
  • Nukleus Dentatus, merupakan nukleus terbesar deep nuclei. Menempati sisi paling lateral substansia alba tiap hemisfer cerebelli. Serabut eferentnya berjalan melalui pedunkulus cerebelli ke nukleus ruber dan thalamus di kontralateral. Thalamus merupakan stasiun relay yang akan memproyeksikan area motorik ke korteks cerebri di area Brodman 4 dan 6.
Proyeksi Serabut aferen dan eferen ke korteks cerebelli dan nuclei
Serabut aferen cerebellum pada akhirnya akan berakhir di deep nukeli cerebellum. Untuk sampai ke deep nuclei tersebut impuls aferen memiliki 2 pola, yaitu :

  • Pola 1. Serabut aferen akan diproyeksikan ke korteks cerebelli kemudian melalui serabut kolateral impuls akan diteruskan ke deep nuclei cerebellum. Di korteks cerebelli (stratum molekulare) impuls aferen akan diolah di sirkuit polisinaps yang komplek yang kemudian akan diproyeksikan ke sel purkinje (korteks cerebelli pars stratum ganglionare). Sel purkinje selanjutnya akan meneruskan impuls ke deep nuclei yang bersifat inhibitorik berupa impuls GABA-ergic.
  • Pola 2. Impuls afere ada yang langsug ke deep nuclei.

Di deep nuclei kedua impuls (dari impuls aferen ke cerebellum dan impuls dari sel purkinje diterima kemudian ditransmisikan ke melalui serabut eferen cerebellum yang kemudian menyampaikan impuls tersebut ke target cerebellum.

HIDROKEL TESTIS

0


Hidrokel, hydroceles adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.

Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena: (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (hidrokel komunikans) atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis.
Gambaran klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.
  • Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
  • Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
  • Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
Terapi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu difikirkan untuk dilakukan koreksi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah: (1) hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, (2) indikasi kosmetik, dan (3) hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto
Penyulit
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis.

KARTILAGO

0
Sel kartilago terdiri dari kondrosit dan kondroblasl. Serat dan substansi dasar membentuk substansi interselular atau matriks. Matriks merupakan suatu wujud kaku bahkan keras, yang substansi dasarnya terdiri atas proteoglikans yang mengandung kondroitin sulfat untuk kartilago.
Kartilago dicirikan oleh suatu matriks ekstraseluler yang kaya akan glikosaminoglikan dan proteoglikan. Merupakan jaringan ikat khusus dimana matriks ekstraselnya berkonsistensi padat, sehingga kartilago ini memiliki daya kenyal yang memungkinkan jaringan ini menahan stres mekanik tanpa mengalami distorsi. Fungsi kartilago yang lain ialah menunjang jaringan lunak. Karena permukaannya licin dan berdaya kenyal, maka kartilago merupakan daerah peredam guncangan dan permukaan gesekan bagi sendi.
Kolagen,asam hialuronat, proteoglikan dan sejumlah kecil glikoprotein tertentu merupakan makromolekul utama dalam semua jenis matriks kartilago. Kartilago tidak mempunyai pembuluh darah dan mendapatkan makanannya melalui difusi dari kapiler dalam jaringan ikat yang berdekatan (perikondrium) atau melalui cairan sinovial. Pada keadaan tertentu, pembuluh darah menerobos kartilago untuk mengangkut makanan bagi jaringan lain, namun pembuluh ini tidak memasok makanan bagi kartilago.

Kartilago terdiri atas :

1. kondroblas.
2. kondrosit.
3. substansi interseluler.
4. perikondrium.

Kondroblas : fibroblas, keduanya adalah ‘sel bakal’ yang berbentuk oval terletak di pinggir dari kartilago. Kondroblas adalah bakal sel kartilago.

Kondrosit mempunyai inti yang khas berbentuk bundar dengan sebuah nucleus atau dua buah nucleoli. Kondrosit terletak di dalam lacuna ( celah ) berbentuk bulat. Ia disebut juga sel kartilago ( yang kalau berkelompok disebut sel isogen ). Letak chondrocyt di dalam jaringan tulang rawan lebih ke dalam daripada letak chondroblast.

Substansi interseluler terdiri dari komponen fibriler dan substansi dasar, matriks amorf “gel”.

Perikondrium merupakan jaringan pengikat yang membungkus kartilago, terdiri dari sel fibrosit yang gepeng dan diantaranya terdapat serat kolagen.

Kalsifikasi berdasarkan jumlah matriks amorf dan jumlah serabut kolagen terbagi menjadi 3:

1. Kartilago hyalin
2. Kartilago elastis
3. Kartilago fibrosa

I. KARTILAGO HYALIN

Kartilago hyalin segar berwarna putih kebiruan dan translusen. Pada embrio berfungsi sebagai kerangka sementara hingga secara berangsur-ahgsur hilang diganti dengan tulang. Sedangkan pada mamalia dewasa , kartilago hyalin terdapat di permukaan sendi pada sendi yang dapat bergerak, dinding jalan nafas yang lebih besar (hidung,laring,trakea,bronki), dan ujung ventral iga, tempat berartikulasi dengan sternum, dan pada lempeng epifise.

Matriks
Komponen penting dari matriks kartilago adalah kondronektin,sebuah makromolekul yang membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks. Matriks kartilago yang tepat ,mengelilingi setiap kondrosit banyak mengandung glikosaminoglikan dan sedikit kolagen.

Perikondrium
Kecuali pada kartilago sendi,semua kartilago hyalin ditutupi oleh selapis jaringan ikat padat,perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang rawan.
Terdiri dari dua lapisan : lapisan fibrosa dan lapisan khondrogenik

Kondrocyt
Pada tepian kartilago hyalin, kondrosit muda berbentuk lonjong, dengan sumbu panjang paralel dengan permukaan. Lebih ke dalam bentuknya bulat, dan dapat berkelompok hingga 8 sel, kesemuanya adalah hasil dari pembelahan mitosis dari kondrosit. Kelompok demikian disebut dengan kelompok isogen.

Struktur paling luar dari kartilago Hyalin bagian atas sama dengan dari bawah masing-masing terdapat selaput perikondrium yang kaya fibroblas. Agak ke tengah terdapat kondroblas atau sel kartilago muda dalam kapsula kecil dengan sitoplasma penuh. Makin ke tengah terdapat kondrosit atau sel rawan dewasa dalam berkelompok seperti bagian paling tengah, kondrosit tampak membentuk kelompok dua-dua empat-empat, dan disebut kelompok isogen. Tiap kelompok isogen dikelilingi matriks teritorial dan menampakkan kondrosit dengan sitoplasma tereduksi, sehingga tampak ruang antara sitoplasma dengan kapsula yang disebut lakuna. Antara dua kelompok isogen dipisahkan oleh matriks interteritorial.

II. KARTILAGO ELASTIS

Kartilago elastis terdapat pada aurikula telinga,dinding meatus auditiva eksterna, tuba auditiva (eustachii), epiglotis dan sebagian kerangka larynx. Kartilago elastis segar berwarna kekuningan disebabkan oleh adanya elastin dalam serat-serat elastin. Strukturnya sama dengan kartilago hyalin.

III. KARTILAGO FIBROSA

Merupakan peralihan dari kartilago hyalin ke jaringan pengikat. Ditemukan pada diskus invertebrate, kartilago artikularis, symfisis osseum pubis. Struktur kartilago fibrosa terdiri dari serabut kolagen menutupi matriks ( sebagai anyaman padat ).

Histogenesis Kartilago Hyaline :

A. Mesenkim, jaringan precursor semua jenis tulang rawan.
B. Proliferasi mitosis dari sel-sel mesenkim menghasilkan jaringan yang sangat aseluler.
C. Khondroblast saling berjauhan oleh pembentukan banyak matriks.
D. Multiplikasi sel-sel kartilago mengasilkan kelompok isogen, masing-masing dikelilingi oleh pemadatan matriks territorial ( kapsula ).

Kartilago terbentuk sel mesenkim. Modifikasi pertama yang tampak ialah membulatnya sel-sel mesenkim, yang menarik kembali juluran-julurannya, membelah dengan cepat, dan mengelompok. Sel-sel yang dibentuk melalui diferensiasi langsung dari sel mesenkim ini disebut Kondroblas. Sintesis dan pelepasan matriks mulai memisahkan kondroblas satu terhadap lainnya. Kejadian diferensiasi kartilago berlangsung dari pusat ke luar, karena nya sel-sel yang lebih di pusat memiliki ciri kondrosit sedangkan sel-sel perifer memiliki ciri kondroblas. Mesenkim superficial bekembang menjadi kondroblas dan fibroblas dari perikondrium.

Pertumbuhan

Pertumbuhan kartilago dapat terjadi melalui 2 proses :
- Pertumbuhan interstisial, akibat pembelahan mitosis dari khondrosit-kondrosit yang ada.
- dan pertumbuhan aposisil, akibat diferensiasi sel-sel perikondrium.

Pertumbuhan sebenarnya jadi jauh lebih besar daripada sekedar penambahan jumlah sel. Pertumbuhan interstisial penting untuk menambah panjang tulang panjang dan menyediakan model kartilago untuk penulangan endokondral.
Pada tulang rawan sendi, saat sel-sel dan matriks dekat permukaan sendi secara berangsur menjadi aus, maka tulang rawan ini harus diganti baru dari dalam, karena tidak ada perikondrium untuk menambah sel-sel baru secara aposisi. Pada kartilago yang ditemukan di tempat lain dari tubuh, pertumbuhan interstisial tidak begitu penting karena matriksnya telah menjadi sangat kaku akibat adanya ikatan silang dari unsur matriks. Tulang rawan kemudian hanya dapat tumbuh melebar melalui aposisi. 

ORGAN LYMFOID

0
Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe, jaringan pengikat dan epitel, terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan tractus digestivus, limfosit terlihat bersama dengan plasmasit dan makrofag sebagai kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat longgar. Apabila jaringan penyusunnya terdiri atas sel-sel limfosit saja maka jaringan tersebut disebut jaringan limfoid, sedangkan organ limfoid adalah jaringan limfoid yang membentuk bangunan sendiri. Jadi, jaringan dan organ limfoid adalah jaringan yang mengandung terutama limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan plasmasit dan makrofag atau tidak.

Berdasarkan atas fungsinya, jaringan limfoid terbagi menjadi:

Jaringan limfoid primer/sentral

Jaringan limfoid primer berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit yang berasal dari jaringan myeloid. Terdapat dua jaringan limfoid primer , yaitu kelenjar thymus yang merupakan diferensiasi limfosit T dan sumsum tulang yang merupakan diferensiasi limfosit B. Pada aves, limfosit B berdiferensiasi dalam bursa fabricius. Jaringan limfoid primer mengandung banyak sel-sel limfoid diantara sedikit sel makrofag dalam anyaman sel stelat yang berfungsi sebagai stroma dan jarang ditemukan serabut retikuler.

Jaringan limfoid perifer/sekunder

Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten yang berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Dalam jaringan limfoid sekunder, sebagai stroma terdapat sel retikuler yang berasal dari mesenkim dengan banyak serabut-serabut retikuler. Jaringan limfoid yang terdapat dalam tubuh sebagian besar tergolong dalam jaringan ini, contohnya nodus lymphaticus, limfa dan tonsilla


Berdasarkan susunan histologisnya, jaringan limfoid terbagi menjadi:

1. Jaringan limfoid longgar
Susunan unsur sel yang menetap (sel makrofag dan sel retikuler) lebih banyak dari sel-sel bebas.

2. Jaringan limfoid padat
Limfosit mendominasi dibandingkan sel-sel lain.

3. Jaringan limfoid noduler
Sebenarnya merupakan jaringan limfoid padat karena sel-sel limfosit memadati jaringan tersebut dan tersusun dalam struktur bulat, disebut juga noulus lymphaticus. Jaringan limfoid ini merupakan bangunan sementara yang dapat menghilang dan timbul lagi, berfungsi sebagai tempat proliferasi limfosit. Bagian tengah nodul berisi limfosit-limfosit muda yang berukuran besar dengan inti pucat yang disebut centrum germinalis.

Organ Limfoid terdiri dari :

Thymus,
Nodus lympaticus,
Lien
Tonsilla,

Thymus

Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan pembuluh-pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk dalam organ limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi imunologis humoral. Geminal centers tidak terdapat di organ ini.

I. Gambaran Histologis
Tiap lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat longgar yang tipis dan melanjutkan diri ke dalam membagi lobus menjadi lobuli dengan ukuran 0,5 – 2 mm. Jaringan parenkim thymus terdiri dari anyaman sel-sel retikuler saling berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain, diantara sel retikuler terdapat limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti didalam nodus lymphaticus dan lien, tetapi berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah medulla sampai membentuk struktur epitel yang disebut corpuskulum hassalli (thymic corpuscle). Masing-masing lobus terdiri dari cortex dan medulla.


a. Cortex
Limfosit dihasilkan di daerah cortex sehingga sebagian besar populasi sel di cortex adalah limfosit dari berbagai ukuran. Hubungan antara sel retikuler terlihat dengan M.E. sebagai desmosom, sel retikuler epitelnya adalah sel stelat dengan inti oval yang berwarna pucat dan berukuran 7-11 mikron. Limfosit besar banyak terdapat di bagian perifer dan makin kedalam jumlah limfosit kecil makin bertambah, sehingga cortex bagian dalam sangat padat oleh limfosit kecil. Dalam cortex terjadi proses proliferasi dan degenerasi, dan terdapat makrofag yang walaupun sedikit merupakan penghuni tetap dalam cortex. Kadang-kadang juga ditemukan sedikit plasmasit dalam parenkim.

b. Medulla
Pada medulla, banyak terdapat sel retikuler dengan berbagai bentuk, kadang mempunyai tonjolan dan kadang tidak mempunyai tonjolan sitoplasma. Ada pula sel retikuler yang berbentuk gepeng dan tersusun konsentris membentuk corpusculum Hassali. Sel-selnya berhubungan sebagai desmosom. Bagian tengahnya mengalami degenerasi dan kadang-kadang kalsifikasi. Limfosit terdapat tidak begitu banyak dan hanya dari jenis bentuk kecil. Perbedaan dengan limfosit cortex karena bentuk yang tidak teratur dengan sitoplasma lebih banyak. Dalam medulla terdapat jenis sel lain dalam jumlah kecil seperti makrofag dan eosinofil.


II. Pembuluh Darah

Cortex mendapat darah sebagai anyaman kapiler yang dipercabangkan dari arteriola yang terdapat di perbatasan cortex dan medulla. Hanya terdapat sedikit perpindahan makromolekul dari darah ke parenkim melintasi dinding kapiler cortex, sedang di medulla pembuluh darah lebih permeabel. Maka, limfosit dalam cortex dilindungi terhadap pengaruh makromolekul dengan adanya blood-thymus barier. Pembuluh limfe terdapat di jaringan pengikat penyekat lobulus.

III. Histogenesis
Thymus berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus brachialis III. Mula-mula penonjolan ini memiliki lumen yang berhubungan dengan pharynx, dengan adanya proliferasi epitel dindingnya, lumen akan terisi oleh sel-sel yang juga mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di sekelilingnya. Pada umur enam minggu akan muncul limfosit yang makin lama makin bertambah dan parenkim akan mengubah sel-sel stelat yang dihubungkan oleh desmosom. Medulla terjadi kemudian di daerah dalam.

IV. Involusi
Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak. Proses tersebut dapat dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya penyakit, stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini disebut sebagai accidental involution. Pada binatang percobaan akan terjadi experimental involution yang dapat diikuti regenerasi yang intensif.
Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat interlobuler.

V. Histofisiologis
Limfosit sangat penting untuk perkembangan, karena adanya sejenis limfosit yang bertanggungjawab atas penolakan jaringan cangkok, delayed hypersensitvity, reaksi terhadap fungsi mikroorganisme dan virus tertentu. Limfosit T tidak melepaskan anmtibodi yang biasa tetapi diperlukan untuk membantu reaksi humoral oleh limfosit B. Limfosit thymus baru bersifat imunokompeten apabila sudah berada di luar thymus.
Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi limfosit thymus dan mulai berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di cortex tepi memberikan limfosit kecil yang berkelompok di cortex sebelah dalam. Proliferasi di thymus tidak dipengaruhi oleh antigen yang berbeda dengan di limfosit di organ limfoid perifer, denganh adanya blood thymus barrier.
Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju organ limfoid perifer untuk berkumpul di daerah yang dibawah pengaruh thymus (thymus depending regions) yaitu cortex bagian dalam nodus lymphaticus, selubung limfoid periarterial di lien, daerah antara nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri dan appendiks.


Nodus Lymphaticus

Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-deret sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan kumpulan yang mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis secara spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval dengan ukuran 1-2,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus, yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pembuluh limfe aferen masuk melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe eferen keluar melalui hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada ekstrimitas, leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen dan daerah mediastinum.


I. Gambaran Histologis
Nodus lymphaticus terutama terdiri atas jaringan limfoid yang ditembusi anyaman pembuluh limfe khusus yang disebut sinus lymphaticus. Nodus lymphaticus dibungkus oleh jaringan pengikat sebagai kapsula yang menebal di daerah hillus dan beberapa jalur menjorok ke dalam sebagai trabekula. Parenkim diantara trabekula diperkuat oleh anyaman serabut retikuler yang berhubungan dengan sel retikuler. Diantara anyaman ini diisi oleh limfosit, plasmasit dan sel makrofag. Parenkim nodus lymphaticus terbagi atas cortex dan medulla, dengan perbedaan terdapat pada jumlah, diameter dan susunan sinus.

a. Cortex
Dengan M.E. tampak sebagai kumpulan pada sel-sel limfoid yang dilalui oleh trabekula dan sinus corticalis. Pada cortex dibedakan daerah-daerah sebagai nodulus lymphaticus primarius, nodulus lymphaticus secondaris dan jaringan limfoid difus. Nodulus lymphaticus primer dan sekunder menmpati cortex bagian luar, sedang jaringan limfoid difus menempati cortex bagian dalam atau daerah paracortical.
Pada pengamatan dengan M.E. sel retikuler terlihat memiliki inti yang jernih dengan sitoplasma menagndung granular endoplasmic retikulum dan diduga membuat serabut-serabut retikuler. Pada umumnya germinal center banayk terdapat di daerah cortex. Daerah dekat sinus marginalis mengandung banyak limfosit kecil karena menerima limfosit yang baru datang dari pembuluh darah aferen. Pada bagian dalam cortex, sel-selnya tersusun lebih longgar dan terutama terdapat limfosit kecil dan sel retikuler yang makin bertambah.

b. Medulla/Medulla Cord
Medulla cord merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tersusun di sekitar pembuluh darah. Kumpulan jaringan limfoid ini membentuk anyaman dan berakhir di daerah hillus. Medulla ini banyak sekali mengandung anyaman serabut retikuler dan sel retikuler yang di dalamnya mengandung limfosit, plasmasit dan makrofag. Kadang ditemukan granulosit dan eritrosit. Dalam keadaan sakit jumlah unsur sel akan bertambah.


II. Pembuluh Darah

Hampir semua pembuluh darah yang menuju nodus lymphaticus akan masuk melalui hillus, hanya sedikit yang melalui permukaan cortex., Mula-mula arteri dari hillus mengikuti trabecula memasuki medullary cord menjadi kapiler. Arterinya sendiri menuju cortex untuk bercabang-cabang menjadi kapiler membentuk anyaman. Anyaman kapiler di cortex ini akan ditampung dalam venula dengan endotil berbentuk kuboid. Dari venula ini akan berkumpul menjadi vena yang jalannya mendampingi arteri. Venula ini tidak mempunyai serabut otot polos dan terdapat juga pada beberapa bagian pembuluh darah di tonsilla, plaques Peyeri dan appendix.

III. Histofisiologis
Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan sel-sel yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya barier yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun eksogen. Sel bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel membrana mukosa yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari perngrusakan oleh fagosit dalam darah maka akan berproliferasi dan menghasilkan toksin yang mudah masuk dalam limfe.
Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk karena terdapat sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh yang merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk mengenal antigen dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus juga merupakan tempat penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau sumsum tulang.

Hemal Nodes
Apabila dalam nodus lymphaticus ditemukan eritrosit sangat banyak disebut sebagai hemal nodes. Jenis ini ditemukan pada domba, tetapi tidak pada manusia.

Lien

Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah kiri atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Lien merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu dengan membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati disamping sebagai pertahanan imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula untuk degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan tempat limfosit T dan B. Pada beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk pembentukan eritrosit, granulosit dan trombosit.

I. Gambaran Histologis
Lien dibungkus oleh jaringan padat sebagai capsula yang melanjutkan diri sebagai trabecula. Capsula akan menebal di daerah hilus yang berhubungan dengan peritoneum. Dari capsula melanjutkan serabut retikuler halus ke tengah organ yang akan membentuk anyaman. Pada sediaan terlihat adanya daerahbulat keabu-abuan sebesar 0,2-0,7 mm, daerah tersebut dinamakan pulpa alba yang tersebar pada daerah yang berwarna merah tua yang dinamakan pulpa ruba.


a) Pulpa alba
Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas jaringan limfoid difus dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid periarterial (periarterial limfoid sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru meninggalkan trabecula, selubung tersebut mengikuti arteri sampai bercabang-cabang menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa tempat selubung tersebut mengandung germinal center. PALS dan germinal center merupakan jaringan limfoid, tetapi PALs sebagian besar mengandung limfosit Tdan germinal center mengandung limfosit B. Struktur PALS terdiri dari anyaman longgar serabut retkuler dan sel retikuler. Di tengah pulpa alba terdapat arteri sentralis . dalam celah-celah anyaman terdapat limfosit kecil dan sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya rangsangan antigen di daerah PALS banyak terdapat limfosit besar, limfoblas dan plasmasit muda banyak sekali.

b) Pulpa rubra
Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur sebagai sinus renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai splendic cords of Billroth. Warna merah pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang mengisi sinus venosus dan jaringan diantaranya.
Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti makrfag, semua jenis sel dalam darah dengan beberapa plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat dengan mudah ditemukan sebagai sel besar dengan sitoplasma yag kadang-kadang mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit atau pigmen. Bagian tepi pulpa alba terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-100 mikron, daerah ini dinamakan zona marginalis yang mengandung sinus venosus kecil. Zona marginais merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial sehingga merupakan tempat hubungan pertama antara sel-sel darah dan partikel dengan parenkim lien.

Capsula dan Trabecula
Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel otot polos dan anyaman serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel mesotil sebagai bagian peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula yang membawa arteri, vena dan pembuluh limfe. Trabecua mengandung lebih banyak serabut elastis dan beberapa serabut sel otot polos.

Arteri
Cabang-cabang arteri linealis masuk melalui hilus,mengikuti trabecula dan tiap kali bercabang menjadi makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai jenis arteri muskuler dengan tunika adventitia yang longgar dalam jaringan pengikat padat trabecula. Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteri tersebut mennggalkan trabecula dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan limfoid hingga menjadi arteri sentralis.
Arteri sentralis merupakan arteri muskuler dengan endotil berbentuk tinggi disertai selapis atau dua lapis otot polos yang melanjutkan dengan bercabang-cabang dan makin kecil. Pada diameter 40-50 mikron, selubung limfoid menipis dan bercabang menjadi 2-6 pembuluh sebagai arteria penicillus atau arteria pulpa rubra. Pada waktu masuk pulpa rubra, arteri penicillus bercabang menjadi 2-3 kapiler dengan dinding yang menebal yag disebut selubung Schweiger Seidel. Kapilernya disebut sheated capillary.
Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:
1. Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang denganselapis otot polos.
2. Sheated capillary, tanpa otot polos
3. Terminal arterial capilarry

Sinus Venosus dan Vena
Sinus venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak sekali terdapat di sekeliling pulpa alba. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat disebut sinus venosus sebab lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya terdiri atas endotil dan lamina basalis. Sitoplasma mengandung dua macam filament yang tersusun sejajar sumbu panjang dan tidak terdapat intercellular junction. Kemampuan fagositosis sangat terbatas. Sinus venosus akan mengalirkan darah ke vena pulpa yang menpunyai dinding terdiri atas endotil memanjang, lamina basalis dan selapis tipis otot pos. Selanjutnya vena pulpa akan bermuara ke vena trabecula yang akan berkumpul di hilus sebagai vena lienalis.

Hubungan Arteri dan Vena

Ada tiga teori mengenai hubungan arteri dan vena:
1. Teori sirkulasi terbuka
Teori ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di dalam celah-celah antara sel retikuler kemudian perlahan-lahan kembali ke sinus venosus.
2. Teori sirkulasi tertutup
Teori ini menyatakan bahwa kapiler berhubungan langsung dengan sinus venosus.
3. Teori kompromi
Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua macam sirkulasi tersebut pada suatu tempat.


Histogenesis dan Regenerasi Lien
Primordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim memperbanyak diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian muncul sel primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar atau medulla oseum.
Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel induk dalam medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka fungsinya akan diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi kesembuhan dengan timbulnya jaringan pengikat.

Tonsilla

Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah tersebut. Selain itu diyemukan juga organ limfoid dengan batas-batas nyata.

Rangkaian organ limfoid ini (cincin Waldeyer) meliputi:

a. Tonsila Lingualis
Tonsilla lingualis terdapat pada facies dorsalis radix linguae sebagai tonjolan-tonjolan bulat. Pada permukaannya terdapat lubang kecil yang melanjutkan diri sebagai celah invaginasi(crypta) yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Crypta tersebut dikelilingi oleh jaringan limfoid. Sejumlah limfosit yang mengalami infiltrasi dalam epitel dan berkumpul dalam crypta yang kemudian mengalami degenerasi dan membentuk suatu kumpulan dengan sel epitel yang sudah terlepas bersama bakteri sebagai detritus. Kadang-kadang dalam crypta bermuara kelenjar mukosa. Dalam jaringan limfoid tampak adanya nodus lymphaticus.

b. Tonsila Palatina
Diantara arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus terdapat ua buah jaringan limfoid dibawah membrane mukosa yang masing-masing disebut tonsilla palatine. Epitel bersama jaringan pengikat yang menutupi mengadakan invaginasi membentuk crypta sebanyak 10-20 buah. Pada dasar crypta, batas antara epitel dan jaringan limfoid kabur karena infiltrasi limfosit dalam epitel. Limfosit yang telah melintasi epitel bersama dengan leukosit dan sel epitel yang mati sebagai corpusculum salivarius. Terdapat nodulus lymphaticus sebesar 1-2 mm dengan germinal centernya tersusun berderet dalam jaringan limfoid yang difus. Antara nodulus lymphaticus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan pengikat (capsula) yang mengandung limfosit, mast sell dan plasmasit. Apabila ditemukan granulosit, hal ini menunjukkan adanya radang.

c. Tonsila Pharyngealis
Pada atap dan dinding dorsal nasopharynx terdapat kelompok jaringan limfoid yang ditutupi pula oleh epitel yang dinamakan tonsilla pharyngealis. Jenis epitelnya sama dengan epitel tractus respiratorius ialah epitel semu berlapis bercillia dengan sel piala. Epitelnya tidak mengadakan invaginasi membentuk crypta tetapi melipat-lipat. Pada puncak lipatan banyak infiltrasi limfosit, dibawah epitel terdapat nodulus lymphaticus yang mengikuti lipatan-lipatan. Jaringan limfoid ini dipisahkan oleh capsula tipis jaringan pengikat dan diluar capsula terdapat kelenjar-kelenjar campuran yang saluran keluarnya menembus jaringan limfoid dan bermuara didalam saluran lipatan epitel.